A. SEJARAH BUDIDYA JAMUR
Jamur adalah tanaman yang tertua di dunia, jamur telah dikonsumsi lebih dari 1000 tahun yang lalu, pada zaman dahulu pemanfaatan jamur sebagai bahan pangan oleh manusia hanya dengan mengandalkan kemurahan alam. Denga cara seperti ini jumlah jamur yag didapat sangat terbatas dan hanya pada musim tertentu bisA diperoleh. Di Indonesia jamur hanya tumbuh secara alami pada musim hujan. Inisistif membudidayakan jamur kosumsi dilakukan saat kebutuhanya terus meningkat, sedangkan persediaan di alam semakin terbatas.
Berkat pengamatan dan ketelitian mempelajari cara hidupnya, manusia berhasil membudidayakan jamur konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat setiap saat.
Bermula dari Perancis
Sekitar tahun 1650-an seorang petani Perancis berhasil menananm jamur Champignon di pekarangan rumahnya dengan hasil yang cukup memuaskan. Dari Perancis Budidaya Jamur menyebar ke beberapa Negara di Eropa seperti Inggris, Jerman, Hongaria, Denmark dan bahkan ke Amerika Serikat. Sampai decade 1920-an, Perancis mencatatkan diri sebagai produsen jamur champignon terbesar di dunia.
Dari Perancis ke Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo
Di tanah air budidaya jamur Champignon baru dimulai sekitar tahun 1969 oleh sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang agrobisnis. Perusahaan ini memilih dataran tinggi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, sebagai tempat pembudidyaan jamur champignon dengan produksi mencapai ribuan ton per bulan. Sebahagian besar hasil budidya jamur secara modern tersebut diekspor dalam bentuk kalengan ke beberapa Negara. Setelah jamur Champignon, kemudian berturut-turut dibudidyakan jamur merang, jamur kuping, jamur tiram, dan jamur shitake sebagai komoditas ekonomi bernilai jual tinggi.
Dewasa ini kegiatan pembudidayaan jamur konsumsi menciptakan sebuah pekerjaan baru di bidang pertanian yang selama ini belum dikenal masyarakat petani di Indonesia. Usaha budidaya jamur merang, jamur tiram dan jamur kuping mendatanagkan keuntungan yang sangat menggiurkan baik dilakukan dalam skala kecil mapun besar. Hal ini tidak terlepas dari tingginya permintaan dan nilai jual jamur konsumsi tersebut. Selain itu budidaya jamur merang, jamur tiram dan jamur kuping memiliki beberapa keuntungan komparatif dibandingkan dengan budidaya tanaman sayur komersial lainnya.
B. PELUANG PASAR DOMESTIK
Penduduk Indonesia saat ini berjumlah lebih dari 250 juta, merupakan pasar yang sangat besar untuk pemasaran jamur konsumsi. Terlebih lagi, jika budaya mengonsumsi jamur bisa dikembangkan seperti di Negara-negara maju yang masyarakatnya sudah sangat menggemari masakan dari jamur.
Menurut data yang dubuat BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi sayur masyarakat Indonesia pada tahun 2000 tercatat sebesar 30,8 kg/kapita/tahun. Badan Kesehatan Dunia (FAO) menyatakan bahwa jumlah konsumsi sayuran untuk memenuhi standar kesehatan adalah sebesar 65 kg/kapita/tahun. Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi sayur masyarakat Indonesia belum seruhnya dari rekomendasi FAO. Kondisi inilah yang menjadikan Peluang Usaha Jamur Konsumsi di dalam negeri masih sangat terbuka lebar.
C. PELUANG PASAR INTERNASIONAL
Tradisi mengkonsumsi jamur sudah berjalan sejak lebih dari 1000 tahun yang lalu. Hampir seluruh penduduk di berbagai belahan bumi ini pernah merasakan nikmatnya masakan yang berasal dari jamur. Bahkan, masyarakat di Negara maju sudah mewajibkan untuk mencantumkan jamur di dalam daftar belanja bulan mereka. Dengan demikian, kondisi ini menciptakan pasar internasional yang cukup besar.
Walaupun Indonesia termasuk Negara yang terlambat ikut bermain di pasar jamur internasional karena baru mulai melakukan ekspor perdana pada dekade 1970-an, namun perannya sebagai pemasok jamur sudah mendapat pengakuan dari sesama Negara produsen jamur kosumsi. Indonesia pernah tercatat sebagai produsen jamur terbesar di Asia Tenggara yang produksinya diekspor ke Amerika Serikat, Kanada, Timur Tengah dan Jepang.
D. USAHA BUDI DAYA JAMUR MENCIPTAKAN LAPANGAN PEKERJAAN BARU
Lapangan kerja di Indonesia semakin hari semakin kurang. Hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah pengangguran dari waktu ke waktu. Selain karena faktor pertumbuhan penduduk yang pesat, jiwa kemandirian masyarakat di Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja sendiri juga cenderung masih sangat kecil. Oleh Karena itu, masyarakat dan masyarakat sekolah harus dibekali pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan pedoman untuk membuka lapangan kerja sendiri seperti Usaha Budidaya Jamur.
E. MENGKONSUMSI JAMUR MEMPERBAIKI GIZI MASYARAKAT
Selain kelezatannya, Jamur tiram juga sangat
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Selain kandungan gizinya yang tinggi dengan
berbagai macam asam amino esensial yang terkandung di dalamnya, jamur tiram
juga mengandung senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi aspek medis. Seperti
kita ketahui pada masyarakat Jepang dan Cina, menu makanan yang terbuat dari
jamur sudah menjadi menu yang turun temurun karena mengetahui khasiatnya yang
sangat baik bagi tubuh. Di Indonesia, konsumsi jamur tiram dari tahun ke tahun
diketahui semakin meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk
pangan yang sehat dan terjangkau.
Berikut berbagai hasil penelitian mengenai komposisi
dan kandungan gizi jamur tiram Penelitian di Massachusett University menyimpulkan
bahwa riboflavin, asam Nicotinat, Pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih
terpelihara dengan baik meskipun jamur telah dimasak. Hasil penelitian dari
Beta Glucan Health Center menyebutkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
mengandung senyawa Pleuran (di Jepang, jamur tiram disebut Hiratake sebagai
jamur obat), mengandung protein (19-30%), karbohidrat (50-60%), asam amino, vit
B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niacin), B5 (asam panthotenat), B7 (biotin),
Vit C dan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai
antitumor, menurunkan kolesterol, dan antioksidan.
Para peneliti dari Ujagar Group (India) menyimpulkan
bahwa jamur tiram memiliki nilai nutrisi yang sangat bagus dengan alas an 100%
sayuran dan bersih, mengandung protein tinggi dan kaya vitamin-mineral, rendah
karbohidrat, lemak dan kalori, bagus untuk liver, pasien diabetes, dan
menurunkan berat badan, berserat tinggi membantu pencernaan, antiviral dan
antikanker, mudah memasaknya dan mudah dicerna, dan jamur tiram merupakan jamur
yang paling enak rasanya dibanding jamur pangan lainnya.
Hasil penelitian Departemen Sain, Kementerian
Industri Thailand menunjukkan bahwa jamur tiram (Oyster mushroom) mempunyai
kandungan: protein 5,94 persen, karbohidrat 50,59 persen, serat 1,56 persen,
lemak 0,17 persen, abu 1,14 persen. Setiap 100 gram jamur tiram segar
mengandung 45,65 kalori, 8,9 miligram (mg) kalsium, 1,9 mg besi, 17,0 mg
fosfor, 0,15 mg vitamin B-1, 0,75 mg vitamin B-2, dan 12,40 mg Vitamin C. Jamur
juga mengandung folic acid yang cukup tinggi, konon mampu menyembuhkan anemia.
Hasil dari penelitian Bobek (1999) dari Research
Institute of Nutrition Bratislava tentang “Natural products with hypolipemic
and anti oxidant effect”. Telah dilakukan studi pada sebuah grup dengan 57
laki-laki: perempuan = 1:1, usia setengah umur, dengan kasus
hyperlipoproteinemia. Selama satu bulan mereka mengonsumsi 10 gram jamur tiram
secara teratur. Kesimpulan, secara statistik sangat menjanjikan, yakni
kolesterol dan serum turun 12,6 persen dan triglycerol turun 27,2 persen. Jamur
tiram juga mempunyai efek antioksidan dengan turunnya hasil peroksidasi di
dalam eritrosit.
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen
Pertanian, kandungan gizi jamur tiram terdiri atas protein rata-rata sebanyak
3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan
asparagus dan kubis. Bila diukur berat kering kandungan proteinnya 19-35%.
Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, susu sapi 25.2%.
Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu
(1)lisin (2) metionin (3) triptofan (4) threonin (5) valin (6) leusin (7)
isoleusin (8) histidin dan (9)fenil alanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah
asam lemak tidak jenuh, sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan
kolesterol maupun gangguan metabolism lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta
adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa
enak.
Jamur tiram juga mengandung vitamin penting,
terutama vitamin B, C dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin dan
provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama
tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium dan Magnesium yang mencapai
56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang
bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya lemah sehingga jamur aman
dikosumsi setiap hari.
Sumber : diolah dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar